| 82 Views

Ramadhan Masih Berduka

Oleh : Anah Muawanah

Ramadhan bulan penuh keagungan dan keberkahan. Di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan.Tidak ada bulan yang keutamaannya melebihi keutamaan Ramadhan. Ramadhan sering disebut sebagai rajanya bulan yang di dalamnya Allah SWT pun melipat gandakan pahala atas setiap amal kebaikan. Pantas rasanya setiap Mukmin bergembira menyambut kedatangan Ramadhan.

Namun demikian, umat harus ingat bahwa dalam Ramadhan kali ini penderitaan sebagian muslim belum juga kunjung hilang. Di sejumlah negeri, kaum muslim menyambut Ramadhan dalam ketertindasan. Di Palestina, misalnya, kaum muslim bukan hanya terancam kelaparan. Mereka pun dihadapkan pada aksi pembantaian dan genosida. Jelas, apa yang mereka alami bertolak belakang dengan keadaan kaum muslim di negeri-negeri lain yang ceria dan gembira menyambut Ramadhan.

Di Palestina, kaum Muslim berada dalam dua ancaman, genosida dan kelaparan. Seruan pembunuhan terhadap warga Gaza terus digencarkan oleh para pemimpin zionis Yahudi. Seorang tokoh Yahudi. Eliyahu Mali, meminta murid-muridnya yang bertugas di Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk membunuh semua orang di Gaza, termasuk perempuan dan anak-anak. 

Derita Muslim Gaza dan Uighur baru sekelumit dari potret derita banyak Muslim di dunia. Masih banyak Muslim menderita di Suriah, India, Myanmar, dll. Sulit bagi mereka merasakan nikmatnya ibadah selama Ramadhan karena ancaman kelaparan dan kematian selalu membayangi.

Ketika kita di tanah air merasakan indahnya sahur dan berbuka bersama keluarga, di beberapa negeri lain banyak saudara seiman yang hidup di tenda-tenda pengungsian ala kadarnya. Mereka kehilangan semua anggota keluarganya. Mereka pun tidak memiliki makanan untuk sahur maupun berbuka. Inilah realita Ramadhan di tengah derita umat. Ini terjadi hampir setiap tahun.

Sikap tak acuh itulah yang ditunjukkan terutama oleh para pemimpin dunia islam, khususnya para pemimpin Arab. Mereka hanya bermain retorika, mengutuk dan menghimbau kepada dunia untuk menghentikan kekejaman Yahudi. Padahal mereka sebenarnya tahu kalau ucapan dan himbauan itu hanya dianggap omongan-kosong. Mereka sendiri berdiam diri dan tidak malu berkolaborasi dengan Zionis Yahudi atau dengan induk Amerika Serikat.

Penyebab penderitaan umat masih terus terjadi. Umat masih terbelenggu dengan paham nasionalisme yang menyebabkan hilangnya sikap peduli dan kemauan menolong saudara seiman. Umat Muslim, khususnya para pemimpin mereka, masih memberikan loyalitas dan kepercayaan pada negara-negara Barat dan lembaga-lembaga internasional yang mereka dirikan, seperti PBB ataupun International Court of Justice (ICJ). Umat seperti lupa bahwa negara-negara Barat adalah perancang kelahiran negara zionis Yahudi untuk menciptakan petaka di jantung Dunia Islam. 
   
Para pemimpin Dunia Islam telah lama menjadi penguasa boneka yang tunduk pada arahan politik Barat. Memang sebagian mereka dipilih oleh rakyat, tetapi atas restu negara-negara Barat. Karena itu tidak mungkin mereka akan melawan kepentingan Barat. Umat masih belum sepenuhnya sadar bahwa berbagai penderitaan yang mereka alami hanya bisa dibebaskan dengan kekuatan mandiri di bawah kepemimpinan Khil4f4h Islamiyah. Kebutuhan umat akan institusi Khil4f4h Islamiyah adalah mutlak.

Secara syariah mendirikan kehidupan Islamiyah adalah fardhu dan telah menjadi kesepakatan para ulama. Negara islam adalah institusi yang ditunjuk oleh syariah untuk mengurus umat melalui penerapan hukum-hukum Islam. Khilafah juga bertugas melindungi kaum Muslim dari berbagai ancaman.

Nabi Muhammad Sallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Sungguh Imam (Khalifah) adalah perisai, orang-orang berperang di belakang dia dan berlindung kepada dirinya. "
 (HR Muslim).

Inilah hal-hal yang harus segera diatasi jika umat ingin membebaskan diri dari penderitaan. Tidak mungkin datang pertolongan dan kemenangan tanpa menjalankan kausalitas (sababiyyah) yang wajib ditempuh oleh umat. Semoga Allah Swt segera menurunkan pertolongan nya. 

Wallahu'allam bishshwwab.


Share this article via

54 Shares

0 Comment