| 112 Views

Moderasi Beragama Menyasar Pelajar

Oleh : Jamie

Moderasi beragama kembali digaungkan secara masiv. Kali ini, moderasi beragama menyasar kalangan pelajar. Dilansir detikhikmah (11 September 2024) Iriana Joko Widodo, Ibu Wury Ma’ruf Amin, dan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Merdeka mengadakan kunjungan ke Kota Balikpapan, Kalimantan Timur untuk menggaungkan Moderasi Beragama kepada 500 pelajar lintas agama yang  berasal dari sekolah madrasah aliyah dan SMA se-Kota Balikpapan yang bernaung di bawah Kementerian Agama (Kemenag) dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dengan tujuan menanamkan nilai moderasi beragama sejak dini. Kegiatan yang bertajuk “Sosialisasi Moderat sejak Dini” dan turut dihadiri para istri menteri yang tergabung dalam Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) KIM mengangkat tema “Cinta Tuhan dengan Mencintai Indonesia”.

Selain itu, Eny Retno Yaqut, istri Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan yang ketiga kali diadakan setelah sebelumnya digelar di Bali dan Yogyakarta. "Kami (Kemenag) berkomitmen untuk terus mendorong dan memfasilitasi nilai-nilai Moderasi Beragama. Tidak hanya dalam teori tetapi juga praktik. Acara hari ini adalah sebagai bukti," ujarnya. Menurutnya,  penting untuk mensosialisasikan 4 sikap dalam moderasi beragama kepada para pelajar, yakni komitmen kebangsaan, antikekerasan, sikap toleransi, dan penerimaan terhadap tradisi lokal.

Sejatinya, solusi pemerintah dengan pengarusan moderasi beragama tidak berhubungan dengan akar persoalan generasi. Ironisnya, nyaris hampir setiap hari media memberitakan tentang kerusakan moral generasi. Perilaku hedonistik, tindak kekerasan, seks bebas, aborsi, penyimpangan seksual, pornografi, pornoaksi, narkoba, perundungan, penghinaan agama, praktik prostitusi, dan sejenisnya tampak sudah lekat di kalangan pelajar. Tak hanya itu, konten-konten yang tidak bermanfaat bahkan dipenuhi maksiat tampak sudah menjadi ladang baru untuk menghasilkan uang dan eksistensi diri. Miris juga karena dengan kemajuan teknologi siapapun bisa mengakses konten-konten ini, sehingga menjadi ancaman serius bagi penjagaan moral generasi.

Pada dasarnya moderasi beragama di institusi pendidikan ditujukan untuk menangkal radikalisme di kalangan pelajar yang dipandang sebagai musuh ideologi kapitalisme, agar generasi memiliki profil moderat dalam beragama yang tidak berhubungan dengan akar persoalan generasi. Lantas, apa hubungan radikalisme dengan rusaknya moral remaja yang makin menggila? Tentu saja tidak ada. Wajarlah jika tujuan digaungkannya moderasi agama layak dipertanyakan. Terlebih faktanya proyek ini justru mengikis fungsi agama sebagai benteng pertahanan generasi Islam.  Dan semakin nampak jika kekhawatiran negara itu bukan pada kerusakan moral remaja, tapi ancaman kebangkitan Islam. Begitulah peran penguasa sebagai penjaga sistem sesuai arahan Barat. Para pemeluk Islam semakin dijauhkan dari keyakinan bahwa Islam adalah solusi problem kehidupan yang mengakibatkan keterikatan mereka dengan ajaran islam kafah semakin longgar, bahkan tanpa rasa bersalah berani mencampakkan dan meninggalkan syariat Islam. Padahal sebagai sebuah ideologi, Islam memiliki aturan yang rinci dan sempurna sebagai solusi permasalahan generasi. aturan yang berasal dari Allah Sang Maha Pencipta dan Maha Sempurna. Aturan yang menjamin kebaikan dan keberkahan bagi kehidupan manusia dari masa ke masa, dan menjaga fitrah generasi sebagai khalifah fil ardhi.

Moderasi Islam sejatinya adalah bagian dari produk rekayasa global. HAM, pluralisme, dan sebagainya merupakan bagian dari moderasi beragama yang dimaknai dengan penerimaan pemikiran liberal. Dengan proyek ini, diharapkan pemikiran buruk umat Islam akan berubah tentang Barat beserta nilai-nilainya. Lalu pada saat yang sama kepercayaan diri umat Islam yang siap terikat dengan agamanya dan pantas untuk memimpin dunia menjadi terkikis. Tak hanya itu, sikap umat islam terutama di kalangan generasi muda menjadi apologetis, dan bangga sebagai muslim inklusif, rela berkompromi dengan kekufuran dan kebatilan, bahkan menjadi pelakunya, bahkan rela menjadi musuh bagi muslim lainnya yang ingin berislam kaffah. Pelajar seharusnya menjadi duta Islam yg mengambil Islam yang murni, tidak bercampur dengan pemikiran Barat.

Problem generasi yang sistemis membutuhkan solusi yang sistemis juga. Alih-alih menjadi solusi problem generasi, mengarusderaskan moderasi Islam justru semakin menjauhkan kehidupan pelajar dari nilai-nilai keislaman. Sistem Islam tegak diatas paradigma yang shahih. Aturannya sesuai dengan fitrah manusia dan aturan penciptaannya. Yakni sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi. Dari sistem Islam inilah lahir profil generasi muslim yang produktif, tangguh, pembangun peradaban mulia, siap berkontribusi dalam urusan keumatan, dan diakui hingga masa sekarang. Negara akan menjaga dan mengupgrade kualitas remaja dengan ideologi Islam melalui sistem pendidikan, menghidupkan tradisi dakwah, dan sebagainya sehingga terwujud generasi harisan aminan lil Islam dan daulah.

Generasi ini akan lahir kembali jika umat mau berjuang kembali menegakkan sistem Islam. Yang dibutuhkan adalah keseriusan, kesabaran, sinergi yang kuat dari komponen umat karena tentu saja musuh tidak akan rela melepaskan begitu saja semua kekuasaan yang sudah mereka genggam.  Namun, yakinlah perjuangan ini akan berakhir dengan kemenangan yakni dengan tegaknya Khilafah sesuai dengan manhaj kenabian seperti yang telah dijanjikan “....Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” (H.R Ahmad, Baihaqi, Abu Dawud, dll.).


Share this article via

65 Shares

0 Comment